Pencegahan Korupsi: Momentum Puasa Sarana Proses Pengendalian Diri untuk tidak Hedonis dan Materialistis

$rows[judul]

Oleh: Khairuddin Nst,S.S

( Budayawan)

Ketua 1 PN MKFMNI

Penanggung jawab media MKFMNI.com


Puasa sebagaimana para ustad sering berceramah mengatakan,puasa adalah menahan dari segala yang membatalkan puasa dari setelah masuk waktu imsak sampai terbenamnya matahari.( Persi agama Islam) Walaupun ada persi persi agama lain, prinsipnya adalah mengendalikan dan patuh terhadap aturan yang ditetapkan.

Patuh terhadap aturan yang ditetapkan ini ,jika esensi lebih dalam kita hayati, konsekuensinya, tentunya mengandung keselamatan baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Puasa “secara  Islam” butuh proses lebih kurang 30 hari untuk bisa berhasil dalam menjalankannya.

” Menahan rasa lapar,haus ,menahan diri untuk untuk tidak melihat,mendengar dan sesuatu yang dilarang, termasuk perbuatan memfitnah,bergunjing,takabur,iri hati,dengki, sombong,pamer, egois, jaim ( jaga image), produksi dan menyebarkan hoax, menyebarkan kebencian,dll seharusnya efek dari pelatihan diri ( Training Pikir dan hati ) dalam bentuk puasa itu seperti itulah yang seharusnya kita jalani.

Konsep motto kesehatan ” pencegahan lebih baik. Dari mengobati, perlu juga diintensifkan oleh para penegak hukum seperti KPK,KEPOLISIAN,KEJAKSAAN.

Para Koruptor itu bukan tidak tahu bahwa koruptor itu perbuatan salah dan bukan hanya merugikan negara tetapi merugikan banyak orang.

Bahkan para koruptor bukan tidak sedikit taat beribadah termasuk rajin puasa ( tentunya ibadah dan puasa persi mereka, bukan persi yang dimaui oleh Tuhan Maha Esa/ Allah SWT).

Puasa yang hanya rutinitas untuk menahan lapar dan haus tanpa mengubah prilaku dan sikap ( baca akhlak/ moral/ integritas) menurut hemat saya sama saja para koruptor itu mengejek Tuhannya.

Dari mana kita tahu bahwa ibadah dan puasa seseorang itu persi mereka sendiri dan bukan puasa yang maunya Tuhan?

Menurut hemat saya kita bisa lihat dari sifat hedon dan matreknya.Kalau dia korupsi kan tentu harus perlu pembuktian, OTT.

sebelum mereka kena OTT,atau dilaporkan sama LSM, atau orsosmas seperti MKFMNI ini, perlu intensitas program dan penyuluhan dan pencegahan korupsi ini harus masif dan lebih intens oleh para pemangku kebijakan.Kalau perlu libatkan orsosmas seperti MKFMNI ini dalam bentuk brain wash ( cuci otak) MINSET,PARADIGMA Value) untuk takut korupsi.

Hedonisme yang berarti kenikmatan ( saja) yang ujudnya materialisa kan melahirkan sifat famer, senang dengan barang – barang mewah,meremehkan benda yang dipakai orang lain( biasanya hatinya sering berkata kata meremehkan), merasa terobsesi memiliki suatu benda yang mewah, yang akhirnya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya.

Apakah para koruptor itu tidak menghalalkan segala cara ? Yang pasti mereka ( para koruptor) tidak mematuhi (SOP) aturan ibadah atau puasa yang mereka jalankan.

Puasa sejatinya karena menahan diri dari menahan lapar dan haus melahirkan jiwa sosial, perasaan empati pada orang lain, tepo seliro, suka menolong, jiwa rasa bersyukur ( bagaimana jika tidak ada air dan tidak ada makanan,tidak ada udara segar dalam waktu lama?)( Renungkan)

apalagi puasa itu seutuhnya harus bisa mengendalikan diri untuk tidak melihat,tidak memandang, tidak berbicara, tidak berpikir dan tidak bertindak diluar batas, diluar norma,diluar aturan, apalagi melanggar perundang undangan yang berlaku .

Prinsipnya agar seseorang tidak dihinggapi penyakit rohani ” hedonisme dan materialisme perlu konsep terintegrasi dan menyeluruh dilakukan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan pencegahan korupsi itu yaitu mengembalikan para pejabat, masyarakat tentang Minset ,Paradigma dan Value ( MPV) tentang bahayanya sifat hedonisme jika sudah merasuk ke jiwa jiwa insan Indonesia khususnya para pejabat dan pengusaha, serta artis artisnya karena kelompok inilah yang secara materi sudah cukup lumayan bahkan sudah berlebih , hanya karena terkontaminasi / masuk setan dan iblis hedon ke tubuh mereka ( pikiran,ucapan dan dan tindakannya) sehingga muncul sifat hedonisme tadi.

Bahayanya lagi ketiga kelompok ini sadar tidak sadar mempengaruhi masyarakat lain akhirnya bersifat hedon.( Inilah kita tidak sadar akhirnya budaya koruptif itu mendarah daging Nggak heran bangsa yang berkembang sifat hedonnya akan melahirkan banyak pejabat korup.

( Lihatlah betapa Pak Prof Mahfud MD berjibaku dan terus menerus menginfokan temuan temuan yang berbau korupsi dan pencucian uang ( terakhir 300 triliun)

Perlu diapresiasi pemerintahan Presiden Jokowi untuk mau terbuka akan data itu, dan mudah mudahan muncul kesadaran baru untuk setidak tidaknya mengurangi tindakan korupsi)

.Belum lagi para bupati,walikota,gubernur yang ditangkap dan tertangkap ).

Ada orang menyatakan itulah efek pemilihan langsung yang mahal biayanya.Ada juga hukumannya belum maksimal, kalau bisa hukum mati,seperti negara Cina itu.

Pendapat demikian sah sah saja dan saya setuju.

Esensinya kan bukan orang harus mati supaya tidak korupsi,tetapi bagaimana orang orang dengan kesadarannya sendiri bahwa korupsi itu jahat,merugikan negara dan orang lain.

Menurut hemat saya harus ada tindakan konkrit untuk mencegah korupsi dan bukan sekedar,ceramah, seminar, tetapi bagaimanai iblis dan setan hedon tidak merasuki jiwa,tubuh ,hati dan pikiran para pejabat,dan masyarakat Indonesia

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)