Oleh Khairuddin Nst,S.S.
Ketua 1 PN MKFMNI
Penanggung jawab media MKFMNI.com
Ketua Komite Kesejahteraan ( KOKES ) MNI
Awalnya Pancasila yang lahir 1 Juni tahun 1945 oleh Presiden Soekarno adalah rumusan dari karakter global rakyat Indonesia.
Beragam defenisi dan rumusan sudah dibuat untuk pengembangan nilai nilai Pancasila tersebut.Ada yang penyebutnya way of life, ada penyebutnya dasar negara, ada menyebutnya pandangan hidup bangsa , ada menyebutnya filsafat bangsa,dll.
Bahkan saat zaman orde baru, ada istilah 36 butir butir penjabaran dari sila sila Pancasila itu.
Bahkan, Penataran untuk mendarah dagingkan nilai nilai tersebut gencar dilakukan, pola sekian jam, Penataran sekian jam diintensifkan.,tetapi benarkah nilai nilai itu benar benar mendarah daging ,atau terhujam masuk ke sanubari kepada orang orang yang di tatar itu? Bahkan para penatarnya pun ada istilahnya sudah mendapat predikat Manggala , apakah nilai nilai Pancasila itu mendarah daging juga pada mereka ?
Secara umum boleh dikatakan gagal, bahkan berapa banyak uang negara habis untuk membuat Penataran Penataran oleh instansi waktu itu yang disebut BP-7 ( Mungkin BPIP – nya sekarang ) .
Saya sendiri , saat itu jadi teringat saat SMA ,di mana saya dan kelompok saya ikut lomba cerdas tangkas tentang p-4 dan Pancasila, dari mewakili kelurahan, saya dan Tim sampai menang tingkat propinsi juara III, sayang yang juara 1 nya naik ke tingkat ke nasional melanjutkan lomba.
Maksudnya, untuk dapat menjadi pendoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, begitulah pemerintah orde baru mensosialisasikan butir butir Pancasila itu ,mungkin maksudnya untuk mensosialisasikan agar nilai nilai Pancasila itu bisa mendarah daging.
Dalam kenyataannya, apa yang terjadi???
Ya tidak ada arti sama sekali Penataran itu, bukankah KKN ( korupsi,Kolusi,nepotisme) merajalela saat itu?
Hipokrit ( munfaik) lain di mulut ,lain dikerjakan jadi gaya hidup waktu itu.
Itu menunjukkan nilai nilai Pancasila belum bisa tegak, jangankan untuk rakyatnya, pejabat pejabatnya pun tidak menunjukkan sikap yang baik artinya mereka tidak menjalankan nilai nilai Pancasila, ya kita tidak bisa pungkiri tentu ada yang baik juga.
Secara umum kita bisa nilai sendiri penataran demi penataran itu program gagal untuk mendarah dagingkan nilai nilai Pancasila saat itu ?
Nah zaman reformasi sekarang, apa yang sudah dibuat untuk bisa mendarah dagingkan nilai nilai Pancasila itu?
Jika saat zaman orde Baru, milyaran habis dana sosialisasi nilai Pancasila itu, tetapi ya belum memuaskan,
Saat ini, apa yang sudah dilakukan BPIP sekarang? Apakah kita membiarkan nilai Pancasila itu rumusan penjabaran konkritnya untuk diterapkan kita buat tergantung persepsi masyarakat?
Wah gawat, bisa bisa ada masyarakat mempersepsikan Pancasila itu khilafah,Pancasila itu komunis, sama saja itu( persepsi dan paradigma) mereka ),Apa tidak bahaya itu untuk kelanjutan NKRI, awalnya hanya wacana dan paradikma tetapi jika jadi sebuah gerakan????
Bukankah sudah ada yang membandingkan mana lebih baik Alquran dan Pancasila ( apa gak bahaya jika itu disosialikan para teroris itu ??????
Padahal perbandingan itu sesuatu yang salah dan tidak sebanding ( jika meminjam istilah Gus Islah bahrawi, seseorang Ustad yang rajin mensosiasasikan bahyanya para pemikiran khilafah ini)
Padahal Alquran adalah hal mengatur hubungan manusia dengan penciptanya ( Allah SWT( bagi umat Islam) ,sedangkan Pancasila itu sebuah nilai mengatur hubungan berbangsa dan bernegara serta mengatur agar masyarakat Indonesia menjalankan agamanya masing masing. Dengan serius dan sekaligus tidak mengganggu keyakinan orang lain
Tidak adakah petunjuk dari pemerintah atau BPIP untuk mensosiakisasi nilai Pancasila itu agar bisa mendarah daging ke ruh,jiwa dan pikiran masyarakat Indonesia dan khususnya lagi para pejabatnya,para politisinya, para pengusahanya ,jendralnya, apararat penegak hukumnya????
Seharusnya cara berpikir kita, zaman orde baru saja yang jorjoran mensosialisasi nilai nilai Pancasila itu belum juga berhasil, kononlah tidak ada program pengganti sosialisasi yang lebih intensif.
Melalui tulisan yang kecil ini di hari Lahirnya Pancasila ini saya mencoba untuk berbagi pikiran untuk bisa mendarah dagingkan nilai nilai Pancasila itu ke ruh,jiwa dan pikiran masyarakat Indonesia.
Sesuai dengan judulnya mem-MPV- kan Nilai Pancasila. M itu minset, P itu Paradigma, dan V itu Value= nilai,karakter).
Saya pikir, para Pejabat BPIP yang ditunjuk perlu meriset mana yang bagus dari BP7 dulu yang perlu diteruskan, teruskan saja.
Intersifnya sebuah program, perlu menjadi para meter untuk terus dilakukan demi mendarahdagingkan nilai Pancasila tadi. Hanya saja kurikulum ,metode dan strategi yang perlu pembahasan lebih dalam.Apalagi sekarang ini perang paradigma di medsos bergentayangan.
Menurut saya, perlu jugalah saat ini ke pelajar,mahasiswa ,ASN,TNI POLRI, bahkan kemasyarakat umum bahkan lingkungan terkecil ( mungkin desa atau lurah) untuk ikut ambil bagian bagaimana mem-MPV-kan Nilai Pancasila itu.
Saya ambil contoh saja, untuk membuang sifat marah, tamak, rakus, tidak disiplin dll saya pernah ikut training ( pelatihan ) 8 hari, untuk membuang sifat sifat buruk itu ,bahkan setelah pelatihan ada pelatihan lagi 100 hari untuk bisa mendarah darahdagingkan agar sifat buruk itu hilang dari diri kita .
Syukurnya sifat marah itu hilang. Memang, efek dari kebiasaan baru yang kita latih konsisten dan tentu saja lingkungan, turut juga mempercepat perubahan sifat dan sikap buruk( amarah dan sifat buruk lainnya)
Ingat, bukankah ada orang yang maaf ibadahnya rajin, tetapi kok korupsi juga, kok menipu juga, kok tidak taat aturan juga, Kok tidak bisa ya mereka mengendalikan diri untuk tidak korupsi pasal gaji sudah besar, “taat pula ibadah”, ini perlu perenungan kita yang terdalam, artinya juga sifat korupsi, rakus, tamak, mementingkan diri sendiri itu juga sifat tidak Pancasila.
Bagaimana mungkin sifat -Pancasila itu bisa menjadi ruh, pada jiwa dan pikiran,Pejabat,MASYRAKAT jika hanya slogan tanpa makna.
Bahkan Prof Yusril Ihza Mahendra dan Prof Mahfud pernah bicara , orang yang baik dilingkungan sistem yang tidak baik / tidak sistem Pancasila) bisa menjadi tidak baik.
Jadi Sistem yang baik itu ( hubungan berbangsa dan bernegara, tentu sudah sepakat nilai / value tertingginya adalah Nilai Pancasila lalu diikuti oleh aturan dan nilai di bawahnya dalam tataran hukum dan cara hidup masyarakat Indonesia).
Bayangkan bagaimana mungkin rating korupsi kita indeksnya bisa turun, jika nilai Pancasila saja belum mendarah daging.
Artinya pemberantasan korupsi akan berjalan mulus ( korupsi berkurang( saat nilai nilai Pancasila sudah menjadi ruh, jiwa dan perbuatan para pejabat dan masyarakat Indonesia.
Karena Nilai Pancasila sudah menjadi darah dagingnya ,maka akan muncul satu kesadaran terdalam untuk tidak korupsi atau perbuatan buruk lainnya.
Dan ini juga tidak kalah penting.Butuh keteladanan. Dan keteladan yang berjamaah atau bersama sama secara spesifik secara gotong royong bukan korupsi berjamaah / tidak pancasilais
Sederhana saja, masih banyak kah masyarakat tidak mematuhi rambu rambu lalu lintas??? Artinya Itu juga menunjukkan bahwa mereka yang melanggar adalah orang yang tidak berpancasila.
Ada juga orang yang tidak Pancasila, yaitu tidak patuh pada pemimpin,dan peraturan,ini nilai sederhana yang tidak pancasilais, Nah bagaimana mendarah dagingkan nilai itu ( patuh pada pemimpin dan peraturan?
resenter dan raja kuis yang terkenal , Helmy Yahya dalam salah satu vidio stramingnya pernah mengatakan dan juga sudah menjadi Ada satu pameo dan slogan yang perlu jadi perenungan yang berbunyi”, Hanya burung sejenis yang bisa terbang sama.”.
Mulailah dari pejabat tingginya seperti presiden ,ketua ketua lembaga tinggi Negara,ketum ketum partai, penegak hukum, pengusaha harus di orientasikan untuk satu derap langkah untuk menjalankan nilai nilai Pancasila itu bersamaan.
Bapak Presiden Joko Widodo pernah Berkata ” Saya Pancasila” .Makna terdalam kalimat Presiden tersebut harus diterjemahkan dan harus diikuti semua jajaran di bawahnya termasuk Rakyat Indonesia juga harus berani mengatakan “saya juga Pancasila.”
Kita tidak boleh membiarkan penjabaran nilai nilai Pancasila itu berdasar persepsi masing masing.Jika Bapak Presiden sudah mengungkapkan ” Saya Pancasila ” jika perlu di buat Perpres atau program konkrit untuk penjabaran ” Saya pancasila ” untuk bisa diikuti oleh seluruh rakyat Indonesia.
Nah mana tahu Pak Jokowi tidak sempat,membuat perpresnya,jadi kita minta tolong saja kepada para calon presiden kita yang ke-8 ini melalui pada Panitia pembuat soal soal saat masa kampanye Presiden nanti perlu dipertanyakan kepada mereka apa program mereka jika terpilih untuk mendarah dagingkan nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
Itulah mulai penyatuan MPV ( Minset,Paradigma,Value) “Saya Pancasila” Jika belum satu kepala makanya penyatuan MPV” saya Pancasilla ini butuh intensitas program dan sosialisasinya untuk bisa masuk ke ruh) alam bawah sadar, jiwa dan pikiran masyarakat Indonesia termasuk nilai 4 pilar bangsa yang lain sehingga siapa pun rakyat dan masyarakat Indonesia dengan bangga menyatakan ” saya Pancasila baik dari hati,mulut,pikiran dan perbuatannya.
Bapak Ibu para pengambil kebijakan , MKFMNI melalui Ketua Umum MKFMNI , saya dan Tim MKFMNI yang tergabung dalam Forum Pancasila siap membantu mensosialisasikan, program dan kurikulum agar Pancasila bisa menjadi ruh,jiwa,dan pikiran masyarakat Indonesia dengan pola MPV tadi. dan sesuai tema Hari Pancasila tahun ini yakni “Gotong Royong Membangun Peradaban dan Pertumbuhan Global”, tema ini mencerminkan komitmen bersama terhadap gotong royong untuk membangun peradaban dan pertumbuhan global. Ingat Nilai Pancasila bisa memperat bukan hanya antar warga negara Indonesia, tetapi juga mempererat hubungan antar warga dunia sebagai bagian peradapan dunia ,tetapi sebelum menuju kesana secara gotong royong kita buat nilai Pancasila menjadi ruh, jiwa dan pikiran manusia Indonesia seutuhnya.
SELAMAT HARI JADI PANCASILA 1 JUNI 1945 – 1 JUNI 2023.
Semoga kita semua berani dari lubuk hati yang paling dalam, dari mulut dan perbuatan kita menyatakan dan berikrar bahwa kita Pancasila Semoga
( Khairuddin Nst,S.S.)
Tulis Komentar